Jumlah Pengunjung

Bukit WTB (Welcome To Batam)

Bagaimana saudara-saudara? Sah?
Sssaaahhh!!!
Alhamdulillah….

Belum!!! *cring cring*

Jembatan Barelang 1 memang landmark paling tenar untuk kota Batam. Tapi, jika belum ke bukit WTB, rasa kurang afdhol. So, kalian harus ke sini baru “sah” menginjak Batam ya, Guys.

Seperti perbukitan Hollywod, dengan bertuliskan HOLLYWOOD yang juga landmark kota Los Angeles, Amerika Serikat, di sini juga merupakan landmark baru kota Batam.

Lokasi : Bukit Clara, Batam Center,
Kelurahan Teluk Tering,
Kecamatan Batam Kota.

Tulisan Welcome To Batam berada di ketinggian 52 mdpl, dengan panjang 120m dan tinggi 10m. Berat huruf W mencapai 4.5 ton, huruf E, M dan B sebesar 4 ton sementara lainnya sebesar 3 sampai 3.5 ton.


Dari atas bukit Clara ini, kita bisa melihat masjid raya, dataran Engku Putri, kantor wali kota, gedung DPRD, Mega Mall, asrama haji, kantor pemerintah dan swasta lainnya.

Batam yang memiliki wilayah strategis, jalur pelayaran internasional dan yang paling tidak dimiliki daerah lain karena jaraknya dengan Singapore sangat dekat, yaitu 12.5 mil atau sekitar 20 Km dan setara 40 menit dengan menggunakan kapal feri.

Menurut info, Welcome to Batam sengaja dibuat pemerintah untuk menyambut pengunjung. Khususnya mereka yang datang melalui terminal feri internasional Batam Center, karena letaknya menghadap langsung ke terminal tersebut. Ini seperti mewakili sapaan ramah kita sebagai tuan rumah.

Menurut saya, meski tulisan itu lebih ditujukan buat wisatawan asing (pendatang melalui terminal tersebut kebanyakan berasal dari Singapore atau Malaysia), alangkah baiknya jika tetap menggunakan bahasa Indonesia. Jika “Selamat Datang di Kota Batam” terlihat biasa, bisa ditambah dengan kata-kata lain. Contoh nih.

“Jarak itu pencipta rindu, pendamba temu.
Jeda pencipta risau, pengharap tentram.
Selama hati saling pandang, tak perlu tuk menunggu.
Selamat datang di Kota Batam.”

Nah, pasti terlihat beda.

Kebayang kan, seluruh bukit bakal tertutup tulisan di atas ^-^. Jika Batam sekarang terkenal dengan kota industri, nantinya akan berubah menjadi kota perindu yang merindu rindu. Pencinta yang mencinta cinta. Pendamba yang mendamba dambaan.

Selamat datang di Kota Batam.



Harapan untuk kota Batam ?

Saya harap, Batam menjadi baik. Dimana, pemerintah dan warganya sadar hukum.

Tidak ada korupsi di segala bidang. Seperti dugaan korupsi alat-alat kesehatan (Alkes) RSUD Embung Fatimah, alkes puskesmas se-kota Batam, pembangunan kebun raya Batam, dana hibah Pemko Batam dan Bansos, laboratorium BP Batam, proyek pembangunan rumah tahanan (rutan) Batam, Pendapatan restribusi parkir Kota Batam tahun 2014, Bandara Hang Nadim dalam pengadaan genset dan lampu runway tidak sesuai dengan spesifikasi serta terindikasi mark up harga dan lainnya.

Saya berharap, Batam siap menghadapi MEA, di mana tersedia tenaga ahli yang memadai.

Saya ingin melihat pengendara-pengendara taat peraturan. Jalanan tertib tanpa kemacetan. Tidak ada mobil menabrak pembatas jalan dengan alasan rem blong, kendaraan terjungkal ke parit untuk menghindar tabrakan, mobil rusak di tengah jalan, sementara lintasan tidak sebanding dengan ramainya arus lalu lintas. Tidak ada jalan rusak. Tidak ada kebut-kebutan.

Toh, semua orang ingin cepat sampai tujuan, tapi keselamatan adalah utama. Yang ada, bukannya sampai ke rumah malah ke surga. Jika pun.

Tidak lagi ada korban lalu lintas seperti yang dialami Welly Canfra Sihite (39) di Sei Temiang. Warga Batam Center yang setelah diselidiki malah terduga sebagai pembobol rumah.

Tidak lagi ada motor bersenggolan dengan truk, kemudian berakhir dengan pengendara motor tewas dan terseret.

Saya ingin untuk tidak melihat pelajar berseragam sekolah mengendara, sebab umur mereka belum cukup yang memengaruhi tingkah. Kebanyakan dari mereka ugal-ugalan, aksi-aksi membahayakan, bonceng tiga, meresahkan.
Saya ingin untuk tidak lagi mendengar petugas bea cukai menangkap pil ekstasi, narkoba yang dibawa dari luar negeri untuk diselundupkan di Batam. Yang saya harapkan, para pengedar tidak berani membawa ke Batam.

Saya ingin untuk tidak ada lagi barang ilegal masuk dan keluar dari Batam, seperti senjata api, kayu, BBM ilegal dan lainnya.

Tidak ada kapal nelayan asing yang mencuri ikan di perairan Kepri, sebab pengamanan maksimal dari Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP).

Saya ingin untuk tidak lagi mendengar ditemukan mayat. Entah itu korban perampokan, pembunuhan karena dendam, penjambretan, begal, kecelakaan, kematian karena menahan penyakit yang diderita dengan alasan ekonomi atau pun bunuh diri.

Tidak ada lagi kasus keracunan makanan seperti yang pernah dialami puluhan anak sekolah TK swasta yang berlokasi di perumahan KDA Batam Center.

Tidak ada lagi kasus begal seperti Wilvridus Yoris Maju dan Fransiskus Rikardus, penganiaya dua orang, yakni anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 10 Marinir/Satria Bhumi Yudha (SBY), Arifin dan David Tobing, seorang tukang ojek. Usai menganiaya, mereka juga membawa kabur sepeda motor korban.

Tidak lagi ada ditemukan mayat di parit dengan luka tusuk.

Tidak. Jangan ada lagi kasus Wardiaman Zebua, tersangka pembunuh anak SMA Dian Milenia Tresna Afifa alias Nia.

Masih ingat kasus Surianto alias Antok alias Tesi, pembunuh Yuyun, pacar pelaku? Menurut pengakuannya, ia emosi ketika dituding sebagai pria tidak normal sewaktu menolak diajak menemani tidur . Terjadi di Baloi Indah, Lubuk Baja. Jangan sampai terulang lagi seperti ini.

Masih ingat kasus Desi Melati binti Legiran (23), Ibu yang membunuh anaknya, Della Adha (3 tahun 1 Bulan) di perumahan Putra Jaya Tanjung Uncang, Batu Aji? Jangan sampai terulang lagi seperti ini.

Jangan lagi ada kasus seperti Muhammad Weliyadi alias Weli dan Budi Wahono, pembunuhan terhadap Synthia Bella alias Meme. Mayat Meme ditemukan di lapangan kosong SMPN 25 Tiban, dengan luka bakar di sekujur tubuhnya tanggal 9 Juli 2015 lalu. Motifnya karena Weli selaku pacar Meme cemburu, sebab Meme banyak didekati pria lain. Ia meminta Budi untuk membantu menghabisi nyawa Meme.

Tidak ada lagi kasus Anang Pirnang alias Pak Anang, tukang urut yang membunuh temannya sendiri, Deni alias Bang Tato. Peristiwa itu berawal dari cek-cok lantaran korban tidak kunjung melunasi hutangnya.

Kasus pencabulan oleh ayah tiri berinisial AW (42) terhadap Mawar (11) di Bintan Utara, Sabtu (27/2/2016) lalu. Jangan lagi.

Saya masih bingung, kenapa dibilang cabul. Padahal ini perkosaan. Ada yang bisa jelaskan? Bukti tindak asusila AW ini diperkuat visum dokter setempat, yang menemukan tanda robekan pada kemaluan korban, diduga akibat gesekan benda tumpul.

Tidak ada lagi Rio Saputra ke-2, predator anak asal Sakura Garden, Batuampar, yang mengganggu kehormatan dua bocah berumur 8 tahun. Tanpa paksaan, bermodalkan Rp. 50 ribu, ia dengan mudah membawa anak-anak bermain terlebih mereka yang tidak diawasi orang tua.


Tidak ada lagi kasus orang tua yang memolisikan anaknya, sebab kewalahan menangani kenakalan sang anak.

Ingat kasus Malikul Mahdi alias Selikur bin M. Yusuf dan Hendra bin Arman Abdullah, terdakwa dalam perkara pembunuhan Ros Duha, salah satu pemilik Bar di lokalisasi Teluk Pandan (Sintai) Tanjunguncang, Batuaji? Jangan ada lagi.

Tidak ada pencurian, baik di dalam rumah mau pun pencurian motor yang diparkir di tempat umum. Mencuri helm, pencurian kotak infak di masjid, pencurian alat musik di gereja. Jangan lagi.

Lihat saja, pelaku pencurian motor yang baru ditangkap. Mereka kerap beraksi di kawasan Batamindo, Muka kuning, Niko (19), Gusti (25) dan Yusuf (29), sementara sebagai penada barang, Rasyid (19) dan Rahman (29). Anak-anak muda yang tidak seharusnya mendekam di penjara.

Tidak ada perampokan di perumahan.

Tidak ada lagi kasus seperti Marta (29), warga Dapur 12, Sagulung, yang sedang hamil besar menjadi korban jambret di SPBU Tanjung Uncang, Batuaji, Batam, Selasa (1/3/2016) sekitar pukul 13.00WIB.

Tidak ada lagi perkelahian seperti yang terjadi di Batuaji, pelabuhan Marina Sekupang, yang berujung korban tusuk. Pesta miras puluhan remaja sambil bermain gitar, bernyanyi, berjoget sampai akhirnya saling senggol dan kesal.

Tidak ada lagi pencurian tanpa sadar alias terkena hipnotis.

Tidak ada lagi kasus Adi (21) yang harus berurusan dengan polisi, Senin(29/2/2016) siang. Pasalnya, lelaki muda ini telah membawa pergi Ade Rizki Oktaviani ( 21) dari rumah orang tuanya. Pasangan kekasih yang berencana ingin menikah, namun ditentang orang tua. Ibu kandung Ade lalu melaporkan kehilangan anaknya tersebut ke Mapolsek Batuaji.

Tidak ada krisis air. Tidak ada pendangkalan di dam karena tumbuhan Eceng Gondok subur menutupi perairan.

Tidak ada keramba illegal.

Jangan lagi ada masalah baru, ketika Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Satkelar PSDKP Batam, meledakkan 10 kapal ikan illegal berbendera asing; Malayasia,Vietnam dan Thailand. Bangkai kapal terbawa arus dari perairan Barelang ke punggur sampai ke pulau Kubung, berdekatan dengan Lobam, Kabupaten Bintan, mengganggu pelayaran karena bisa menyebabkan kecelakaan laut dan membahayakan alur kapal.

Jangan ada lagi limbah minyak hitam di laut Kepri.

Tidak ada pemadaman listrik. Tidak ada kebakaran akibat sambungan listrik atau pun gas meledak. Tidak ada lagi kebakaran hutan.

Tidak ada penipuan. Seperti kasus Ari Suseno, mengaku anggota kepolisian berpangkat IPTU, berhasil mendapatkan uang hingga Rp. 142 juta dari pacarnya, Ari Widiawati.

Perempuan, jangan mudah terpedaya ya.

Tidak ada kemiskinan. Tidak ada rumah sakit yang menolak untuk merawat atau mengeluh karena bingung membagi biaya dokter dan obat atas biaya yang ditetapkan BPJS kesehatan terlalu rendah. Tidak ada keluhan dari petugas BPJS yang kewalahan atas banyaknya klaim Jaminan Hari Tua (JHT), lantaran banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Katanya, “70 persen mereka yang mengajukan klaim pencairan JHT saat ini, masih berusia produktif untuk bekerja. Antara 19-50 tahun.” Apa salahnya mereka menggunakan uang mereka sendiri untuk menutupi kebutuhan hidupnya?

Jangan lagi para investor kabur dari Batam.

Tidak ada lagi pengaduan pekerja ke Disnaker terkait upah tak sesuai ketentuan.

Tidak ada keluhan dari pasien akibat bisingnya musik dari Pujasera (tempat makan) yang berdekatan dengan rumah sakit.

Rakyat sejahtera. Tidak ada demo Upah Minimum Kota (UMK) setiap tahunnya. Tidak ada demo agar iuran BPJS tidak ada kenaikan.

Tidak ada judi, apalagi mengatasnamakan Gelanggang Permainan (GelPer).

Tidak ada lokalisasi lagi seperti sekarang. Dari data Dinas Kesehatan Kota Batam menyebutkan, jumlah pekerja seks komersial (PSK) di Batam cukup banyak dan tersebar di berbagai tempat di Batam. Berikut datanya:
1. Panti rehabilitasi di Sintai, Batuaji 276 orang
2. Kawasan Jodoh 73 orang
3. Teluk Bakau 56 orang
4. Mat Belanda 33 orang
5. Pokok Jengkol 22 orang
6. Jembatan satu 15 orang

Jangan lagi ada Prostitusi, baik terselubung dengan kedok tempat massage & spa, kos-kosan maupun terang-terangan.

Tidak ada tempat hiburan malam dan dugem.

Jangan lagi ada kasus serupa seperti kasus Nelson Bur, Kabid Pos dan Telekomunikasi di Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Pemprov Kepri, yang terbukti melakukan trafiking dua remaja di bawah umur.

Tidak ada penambangan pasir illegal di Batu Besar, Nongsa, Piayu, Tembesi, Jembatan Barelang dan tempat lainnya.

Sedih rasanya, ketika ada kabar pemilik panti asuhan Rizki Kharunnisa, seharusnya mereka pengganti orang tua dalam membimbing, merawat, mendidik dan memelihara tapi malah melakukan kekerasan dan penelantara.

Miris, ketika istri dan anak sengaja menggerebek suami dan selingkuhannya di hotel.

Hati saya gundah, ketika ada berita perempuan muda kabur dari rumah setelah berkenalan dengan lelaki melalui Facebook. Atau seorang nenek sebatang kara setelah ditinggal pergi suami (diduakan. Red) berjalan tertatih-tatih. Keseharian nenek yang tinggal di Perumahan Graha Mega Legenda Blok J3 Nomor 19, RT 6 RW 4, Kelurahan Baloi Permai, Kecamatan Batam Kota ini hanya mengandalkan simpati dan pemberian dari orang lain. Ia memiliki harapan untuk bertemu keempat anak-anaknya, yaitu Rusliono, Widodo, Rahmat, dan Basuki yang tinggal di daerah asalnya Wonodri, Kecamatan Semarang Selatan, Jawa Tengah. Semoga terkabul ya, Nek Sugina.

Tidak ada lagi remaja nongkrong sambil minum miras sampai dini hari. Berkeliaran seperti tak memiliki rumah dan orang tua.

Tidak ada lagi geng motor yang meresahkan. Sekelompok anak-anak yang kerap memalak dengan membawa senjata tajam. Tak jarang ada korban penikaman.

Semoga Batam menjadi kota yang rapi. Tidak ada kios liar atau pun pedagang kaki lima (PKL), jika pun hendak ditertibkan, harus ada relokasi tempat usaha.

Tidak ada sengketa lahan antara warga, pengusaha dan pemerintah.

Semoga Batam menjadi kota bersih dan indah dengan masyarakat bermental baik. Tidak ada yang membuang sampah sembarangan. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) tersedia dan mudah terjangkau mata. Pertamanan kota tertata baik. Tata letak kota, Traffic Light jalan, semuanya serba baik.

Tidak ada lagi korban tewas karena menghindar pohon tumbang di Sekupang, Nasib tragis yang dialami Nurrizuan alias Iwan, Jumat (26/2) sekitar pukul 11.30 WIB di RE Martadinata, depan Telkom yang biasa dipasangi portal.

Batam bebas dari penyakit DBD. Tidak ada lagi pengakuan bahwa Dinkes Batam tak punya anggaran untuk Fogging.

Parit bersih tanpa tersumbat.

Halte-halte terjaga baik.

Pemko Batam tidak lagi mengeluh karena tak memiliki lahan untuk membangun rusun. Tidak ada lagi rumah liar.

Tidak ada penggusuran paksa tanpa solusi.

Dalam pencarian kerja, tidak ada titipan pejabat, oknum petugas, hingga harus membayar sejumlah uang.

Operasional bandara diharapkan bagus. Tidak ada delay.

Sebenarnya masih banyak lagi, tapi jari-jemari saya sudah pegal. Intinya adalah, saya ingin Batam menjadi kota teratur di segala sisi.

Sumber : E-News Batam, Joelent Production.

Pantai Trikora

Keesokan harinya, langit masih mendung. Meski begitu, kami tak ingin melewatkan kesempatan untuk pergi ke pantai terindah se-Kepulauan Riau. Pantai Trikora, Bintan.

Di perjalanan, hujan mengguyur sesaat. Jadi, tak sampai membuat kami basah kuyup.

I feel free ….

I feel free ….

I feel free ….


Sepertinya, penginapan ini cocok buat honeymoon di ulang tahun pernikahan yang ke-10. Ketika anak-anak sudah besar dan kita butuh kesunyian sesaat.




“Jangan takut,” Deburan ombak lembut terdengar menggoda. “aku berjanji …,” alunnya meragu. “Aku bersumpah tidak akan menyakitimu. Berenanglah. Jangan takut,” bisiknya lagi sambil mendekat, dengan amat perlahan.

Lalu, ketika detik demi detik berlalu, percikan gelombang memudar. Tenang.

Saya tergoda.
Pengen nyebur rasanya

Boleh saya bertanya satu hal? Apa yang kamu rasa ketika melihat lautan dengan air jernih, pasir putih yang lembut, angin sepoi-sepoi, ombak bergelombang, batu-batu granit, pohon kelapa yang hijau menjulang di waktu bersamaan?

Jika saya, mulut acapkali mengucap subhaanallaah, mata berkilat-kilat, perasaan senang meluap-luap. Hidung mencium napas sejuk. Saya bahagia!



Katakan, apa yang kamu rasa?

Kucing aja berdua. Lha saya, apa kabar?

Di bawah pepohonan, berteduh sambil menikmati ombak.

Pantai Trikora berada di desa Malang Rapat, kecamatan Gunung Kijang, pulau Bintan. Pantai ini terbagi menjadi empat bagian. Trikora 1, Trikora 2, Trikora 3 dan Trikora 4.

Tebak deh, saya ada di Trikora berapa?

Yeeeeaaaaa ….!!! Jawabannya benar. Saya berada di Trikora 4.

Dari Tanjung Pinang, bergerak ke timur sekitar 45 Km. Karena saya sangat hati-hati, perjalanan yang menurut petugas hotel menghabiskan waktu kurang dari sejam, saya tempuh selama 1,5 jam. *Tutup muka pake bantal.

Biar lambat asal selamat kan?

Akses menuju pantai Trikora belum dilengkapi dengan transportasi umum. Itulah sebabnya, menurut saya, pantai ini masih terjaga. Pengunjung tidak terlalu ramai. Tapi, kondisi jalan beraspal lebar dan tidak macet. *Senyum bahagia.

Batu granit Trikora yang super ngangenin

Batu lebih artistik dibanding artisnya (saya red.)

Kurang afdol rasanya ke pantai yang cantik ini, tapi tidak berenang. Apalagi, ransel yang saya bawa dari kemarin itu isinya baju renang. Emang udah niat. Tapi saat itu, angin terlalu kencang dan ombak besar. Tidak aman buat terjun ke air.

Hati saya menciut.

Batu lebih artistik dibanding artisnya (saya red.)

Katanya sih, Trikora berasal dari “three coral”, sebutan wisatawan asing yang berkunjung. Dahi saya mengerut, kenapa tiga karang? Bukankah Trikora ada empat? Apa karena Trikora tiga yang paling banyak dikunjungi?

Mengenai keindahannya, keempat Trikora kurang lebih sama. Hanya, pintu masuk Trikora tiga lebih luas, membuat pengunjung berpikir kalau Trikora hanya ada di Trikora tiga.

Ketika ditanya, kenapa Trikora tiga? Apa ada Trikora satu dan Trikora dua, gitu?

“Enggak. Emang namanya gitu. Trikora tiga,” jawab salah satu orang yang pernah berkunjung ke sana sebelumnya. (Nama sengaja tidak disebut)

Nah. Kan, bener. Gak banyak yang tau, Trikora itu ada empat.

Gerbang Trikora tiga.

Ada juga yang bilang, Trikora adalah Tri Komando Rakyat. Pada saat pemerintahan Presiden Soekarno, beredar isu “Ganyang Malaysia”, dan pantai ini merupakan basis pertahanan wilayah terluar Indonesia kala itu.

Saya sedang tidak ingin membahas sejarah lagi. Kita tak boleh berpijak dan terus-terusan terkenang masa lalu, kemudian berhenti kan? Sebab itu, lebih baik saya memutar arah dan melanjutkan langkah. Menata masa depan. ^_^
Gerbang Trikora tiga.

Saya akan mengingatmu sebagai tempat indah. Sampai ketemu lagi di lain waktu.

Gerbang Trikora tiga.

Mural di Kota Seribu Ruko (Palm Spring)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya.

Saya kecewa. Marah. Kesal. Geram. Ketika coretan-coretan nama “ingin tenar” mengotori mural.

Tangan siapa kiranya yang jahil?

Jika tidak bisa memberi, setidaknya kan kita harus menjaga.

Lokasi : King Furniture
Komp. Palm Spring Blok A3 No. 1-2
Batam Center.


Dalam gambar, biasanya seniman mural menyampaikan sesuatu. Baik berupa cerita, pesan atau apa pun. Berhubung karena jiwa seni saya tidak kuat, saya bahkan tidak mampu menerka-nerka maksud gambar ini.

Kira-kira apa, coba?

Keluar sesosok jin dari wadah berkilau. Makhluk-makhluk lain tercengang menyaksikannya.
Ini cerita opo? *Thinking.


Thanks for illustrator.

Meski miris melihat karya kalian dikotori, dirusak dengan coretan orang-orang gak bertanggung jawab, rasanya tuh ….

Nyesek.

Ketika ke gunung, bertemu tangan-tangan “pemanen” bunga edelweiss—seakan ia seorang petani yang berhak memetik padi di kebunnya—belum lagi batu-batu yang juga dicoret “we were here” dan pohon-pohon disayat berbentuk love dengan isi bertuliskan namanya dan kekasih.

Nyesek.

Kenapa orang alay bisa punya kekasih?

Yang lebih nyesek lagi, kealay-an itu dipamer-pamerin di public space pula.

Jika di tempat tinggal, di gunung, ada saja manusia vandal, lalu kemana lagi saya temukan manusia sebaliknya? Mereka yang mengadakan perbaikan, pemulihan dari kerusakan ini.

Minimal,
yuk, kita jaga.


Ingat lagu Malaysia; Bunga Edelweis - Thomas Arya?

Jika saya punya kuasa, lirik “kupersembahkan bunga edelweiss untukmu” wajib diganti. Lagu perusak alam yang justru banyak diikuti oleh mereka yang mengaku pencinta.

Ini nih, liriknya.

Seandainya kau dapat kumiliki
Gunung tinggi kan kudaki
Akan kupersembahkan
Bunga edelweis untukmu

Seandainya kau terima cintaku
Ku ingin terbang ke awan
Akan ku petik bintang
Kuberikan kepadamu

Bukan untuk mainan dirimu
Bukan untuk mainan cintamu
Cintaku tulus murni
Serius aku padamu

Tak seperti biasanya aku mengejar cinta
Kau lebih dari yang lain
Membuatku gila gila kerana cintamu.


Perjalanan masih saya lalui seorang diri. Ini jemari, bersiap ada yang mengisi di selanya. Ini hati, masih juga kosong.

Saya rindu kamu.

Katamu, “Akan ada pelangi setelah hujan.”

Kapan?

Kepada siapa lagi saya berteduh dari derasnya hujan cemas? Adakah hujan di tempatmu berpijak layaknya di sini?

Acting mode on
 
 Lukisan ini digambar oleh kumpulan seniman, tergabung dalam akun instagram @pemainkuas. Jika kalian pengen tau karya-karya mereka, langsung aja pantengin IG-nya ya.

Atau, ada yang mau ngajak saya ngopi bareng di Kafe Beranda? Ada juga karya mereka di sana.

Kakak-kakak seniman, ajarin adek dong. Biar bisa ngelukis hari-hari indah. Cihuyy!!!