Jumlah Pengunjung

Festival Pulau Penyengat (FPP) 2016

Sahabat itu, salah satunya sebagai tempat untuk mencurahkan segala. Tentang impian, pendapat, keluh kesah, mengadu, janjian nonton bareng, ke salon, belanja dan lainnya.

Ssssttt … termasuk bercerita mengenai kabar yang tak baik, seperti yang sedang hangat sekarang; ELGEBETE-nya Indra Bekti sampai kasus Saipul Jamil. Ini termasuk ghibah gak sih? *Kayaknya … ah, entahlah.

Bersama sahabat; Kak Nita, saya mengunjungi acara festival pulau penyengat 2016.

Penyengat merupakan mas kawin yang diberi Sultan Mahmudsyah III kepada Tengku Hamidah. Kebayang kan kayanya sang raja di masa kerajaan Melayu Riau – Lingga itu.

Saya aja, cukup disayangi, dimengerti, dihargai, rasanya udah bahagia banget. Gak mesti menghadiahi sebuah pulau. Gampang banget kan nge-bahagiain saya.  *promotion mode on.
Festival Pulau Penyengat

Sepulang kerja, kami segera ke pelabuhanTelaga Punggur Batam. Menggunakan kapal Ferry Marina menuju pelabuhan Sri Bintan Pura di Tanjung Pinang, dengan harga tiket Rp. 54,000 + biaya retribusi Rp 5,000.

Bulan ini, Batam lagi musim hujan. Dari malam, pagi, saya menantikan berhentinya tangisan langit. Menjelang tengah hari, hujan reda. Meski tidak benar-benar berhenti.

Maklum. Kami mengendarai sepeda motor dan saya hanya punya satu mantel. Setidaknya, pakaian kami tidak terlalu basah ketika gerimis kecil di tengah perjalanan ke pelabuhan.
Menikmati laut dari atas kapal.
Menikmati laut dari atas kapal.

Makan waktu satu jam untuk melintasi laut Batam ke Tanjung Pinang. Setibanya, kami di sambut lagu Cinta Gunawan. Tau liriknya gak?

Ah, jadi nostalgia.
*Karena saya perempuan, maka kata perawan saya ganti jadi jejaka


Engkaukah jejaka itu
Mengipaskan angin cinta
Menafsir duka lara
Dari kerut wajahku
Dari senyuman pahitku

Engkaukah jejaka itu
Yang datang dalam mimpiku
Menyembuh luka lama
Dengan suara syahdu
Meninggalkan rasa rindu

Engkaulah kasih
Penyuluh jalanku
Dari kegelapan cinta semalam

Engkaulah sayang
Bahtera hidupku
Yang menyelamatkanku dari hanyut
Cinta semalam

Bertemu kita akhirnya …

Dengan satu kesamaan
Peristiwa silam sama dipadam
Hari ini pastikan kan subur semula
Pohon cinta kita

Berdaun dan berbunga
Indah dan harumnya di mana-mana
Kekal sejahtera di taman nirwana
Megah mencapai bulan

Sebuah cinta gunawan…
Sebuah cinta gunawan…

Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang


Kami harus keluar pelabuhan untuk ke dermaga pulau Penyengat. Deket banget kok, jalan kaki kira-kira 5 menit.
Keluar pelabuhan

Dermaga pulau Penyengat.


Dari dermaga inilah, kami menuju pulau Penyengat menaiki Pompong (Kapal kecil). Tarifnya Rp. 7,500 per orang dan hanya akan diangkut jika sudah ada 15 penumpang.

Lihat Pompong di belakang saya kan?

Dermaga pulau Penyengat.

Goyang-goyang selama 15 menit karena permainan ombak manja di atas pompong.

Laut menuju pulau Penyengat

Selamat datang di pulau Penyengat. Kami pun keluar pelantar dan mendapati objek pertama; Masjid Raya Sultan.

Masjid Raya Sultan.


Dari namanya, “Penyengat” yang terlintas di kepala saya adalah tawon. Kenapa diberi nama Penyengat ya? *Thinking.

Kembali saya melihat warisan sejarah. Ah ternyata gak semua masa lalu itu harus dilupakan, seperti cerita-cerita tentang saya dan kamu yang dulu sempurna, namun berakhir.

Cinta kita juga cerita perjuangan. Sampai suatu ketika, kita tak lagi sama. Saya bertanya-tanya, bagaimana caranya membuatmu melihat apa yang saya lihat? Bagaimana caranya membuat hati ini mengerti apa yang kamu pikir? Sementara ego kita sama tinggi. Saya dan kamu masih terlalu muda untuk mengenal apa itu cinta. Akhirnya, saya harus merelakan. Melepas dan mencoba melupakan; jika tidak ingin terus menerus meratap.

Andai kamu tau bahwa mengagumimu tak perlu waktu, namun butuh lama untuk saya sadar bahwa satu-satunya jalan adalah membiarkan dirimu mencari bahagiamu sendiri. *Hiks, malah mellow.

Tak semua sejarah harus dilupakan … seperti sejarah pulau penyengat ini.

Objek-objek yang ada di Penyengat :
1. Benteng Tanjung Nibung
2. Balai Adat
3. Benteng Bukit Kursi
4. Makam Raja Abdurrahman
5. Gedung Misiu
6. Sumur Putri
7. Masjid Raya Sultan Riau
8. Istana Kantor
9. Gedung Tengku Bilik
10. Makam Raja Ja’far
11. Bekas Istana Keraton
12. Gedung Tabib
13. Makam Raja Hamidah
14. Bekas Percetakan Rusydiyah Club
15. Bekas Rumah Hakim
16. Makam Raja Haji Fisabilillah
17. Benteng Bukit Pengawas



Mengitari pulau Penyengat

Yuk, kita lihat istana kantornya.
Istana Kantor
 
Jalan kaki menuju objek-objek sejarah di Penyengat.

Pelantar di depan gedung Balai Adat.

Tak peduli, siapa yang bersanding dengan saya nanti. Saya harap, kebahagian kembali sempurna dan tanpa kata akhir. Selama napas berhembus, jantung berdetak, meski sulit untuk hati membuka diri sesulit menutupnya untukmu. Kehidupan selalu punya kesempatan bagi yang menginginkannya, kan? Akan ada masa, di mana seseorang datang dan tak sekedar singgah sepertimu.

Saya percaya.

Kadar yang sama seperti percayanya saya pada hatimu, dulu. Saya; perempuan yang percaya kamu lelaki baik.

Saya sempat bertanya, “Apa pendapatmu tentang saya?”

Kamu bilang, “Manja, cerewet tapi baik, ….”

Nyatanya, dua orang baik belum tentu berjodoh. -_-

Sendiri mengenang sejarah di Balai Adat Melayu Indera Perkasa. #Gagal focus. Harusnya kan sejarah kerajaan yang dikenang. Ini malah ….

Balai Adat Melayu Indera Perkasa

Di Balai Adat Melayu.

Banyak pedagang di sisi jalan objek sejarah di Penyengat.


Pada suatu detik, saya ingin naik apa pun untuk bisa secepatnya sampai pada takdir yang mempertemukan kita. Sebenar-benarnya jodoh. Tapi, mungkin saya belum siap. Membayangkan jika kita dipertemukan di pertengahan jalan saja membuatku ….

^_^ Entah bagaimana menggambarkan bahagia itu.

Becak hias di penyengat.

Perigi Putri adalah tempat mandi dan mencuci pakaian para putri raja.

Putra rajanya mana? #Kornea menyapu setiap sudut.

Perigi Putri

Di acara ini, banyak perlombaan yang dapat dilihat.
1. 20 Pebruari, lomba Baca Gurindam XII
2. 20 - 21 Pebruari, lomba Perahu Jong
3. 20 - 21 Pebruari, lomba Sampan Layar
4. 21 - 23 Pebruari, lomba Kuliner Melayu
5. 21 Pebruari, lomba Nambat Itik
6. 21 Pebruari, lomba Pukul Bantal
7. 21 Pebruari, lomba Renang
8. 21 Pebruari, lomba Tradisional Gasing
9. 22 Pebruari, lomba Cerdas Pantun
10. 22 Pebruari, lomba Melukis
11. 22 Pebruari, lomba Sampan Dayung
12. 22 Pebruari, lomba Fashion Show
13. 23 Pebruari, lomba Layang-layang
14. 23 Pebruari, lomba Pompong Hias
15. 23 Pebruari, lomba Becak Hias
16. 23 Pebruari, lomba Pidato wisata
17. 23 Pebruari, lomba Puisi
18. 23 Pebruari, lomba Penyajian Sejarah
19. 24 Pebruari, lomba Fotografi

Lomba Perahu Jong, di Kampung Bulang, Penyengat.

Menjelang malam, saya dan sahabat meninggalkan Penyengat untuk kembali ke Tanjung Pinang. Kami mencari hotel yang sesuai kantong, juga tak jauh dari pelabuhan.

“Pak, apa di sekitaran sini ada penginapan murah? Harga di bawah Rp. 100,000?” Tanpa malu-malu saya bertanya pada tukang ojek.

“Itu,” Ia menunjuk sebuah hotel yang luput dari penglihatan. Letaknya di antara ruko-ruko di depan kami. “harganya Rp. 80,000 per malam.”

Setelah mengucapkan terima kasih, kami berjalan. Melangkah pelan menuju lorong pendek, tempat penginapan yang dimaksud.

Hotel Wisata. Harga per kamarnya mulai dari Rp. 50, 000,-, Rp. 80,000 (Economy),-, Rp. 100,000 (Standard) dan Rp. 120,000 (deluxe).

Hotel Wisata, Tanjung Pinang

Kami putuskan untuk tidur cepat. Tapi sebelumnya, kami harus mengisi perut terlebih dahulu. Acara jalan kaki dan pencarian tempat makan berhenti ketika melihat kumpulan pedagang kecil di pinggir jalan.

Tempat makan di tepi laut, Tanjung Pinang.

Keesokan harinya, langit masih mendung. Meski begitu, kami tak ingin melewatkan kesempatan untuk pergi ke pantai terindah se-Kepulauan Riau. Pantai Trikora, Bintan. Cerita selengkapnya ada di sini.

Melalui petugas hotel, kami menyewa motor seharga Rp. 80,000 per 24 jam. Andai jalanan Batam tidak macet kayak gini ya.

Penguasa …. Penguasa.
Dengar jeritan hati rakyatmu ini!

Jalan raya beraspal, luas dan tidak macet

Setelah itu, kami kembali ke hotel di Tanjung Pinang, untuk mengembalikan sepeda motor. Sebelum balik ke Batam, kami juga menyempatkan lagi ke Penyengat. Seakan mengucapkan “salam perpisahan terhadap kenangan”. Eh, gak ya. Sejarah itu perlu untuk pembelajaran. Nilai-nilai kebaikan aja sih, jadi, gak perlu juga tempat mandi para putri raja masih dipelihara, menurut saya. Buat apa?*Thinking.

Saya gak ngerti, emang penting ya?

Setelah puas mengitari jalanan, objek-objek sejarah dan perlombaan yang ada, kami balik ke Batam.

Masih banyak tempat cantik di Tanjung Pinang yang belum saya datangi. Saya harus ke sini lagi. Harus. Semoga diberi kesempatan oleh-Nya.

Sekitar dua jam sesampainya saya di Batam, saya mendengar kabar duka. Bahwa sore tadi Trikora mengambil korban. Bukan cuma satu, tapi sekeluarga. Turut berduka cita atas meninggalnya Choky Iskandar (suami), Nurhayati (istri) dan anak bungsunya. Semoga diberi sebaik-baiknya tempat di sisi Allah. Aamiin.

Laut di Kepri sekarang ini sedang ganas-ganasnya. Tuhan, jangan ambil nyawa hamba kecuali dalam husnul khatimah. Aamiin.

Dan terakhir pesan saya : Perempuan, kalian tetep cantik kok walau tanpa cukur alis. Sekian.

لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالنَّامِصَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ

“Allah melaknat orang yang mentato dan yang minta ditato. Allah pula melaknat orang yang mencabut rambut wajah dan yang meminta dicabut.” (HR. Muslim no. 2125)

Tiba-tiba notifikasi di grup whatsapp sahabat menyala.

Rini : Emang, Saiful Jamil ngaku?

Nita : Sekarang beritanya lagi hot.

Nina : Aneh-aneh aja.

Begitulah hidup, Temans.

End.

Sindikat Calo di Penerimaan Karyawan Batam.

Langsung aja, tadi malam saya membeli pisang coklat di simpang perumahan. Karena udah biasa, tentunya penjual kenal dong, apalagi wajah cantik gini. *yang mau muntah, harap ke toilet.

“Pulang kerja ya, Mbak?” tanyanya suatu ketika. Mungkin karena melihat saya masih menggunakan seragam kerja.

“Tumben jalan.” Pernah juga ia berkomentar saat tak melihat motor yang biasa saya kendarai.

Ada aja obrolan si penjual yang ramah itu. Sampai tadi malam ia meminta saya untuk memasukkan lamaran adiknya yang sudah lama menganggur.

Dari koran Tribun Batam edisi 9 Pebruari 2016, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisnaker) Kota Batam, Zarefriadi mengatakan bahwa saat ini ada lebih dari 24 ribu pencari kerja (Pencaker) yang ada di Kota Batam.

Dari koran yang sama, banyak juga berita pencurian. Setelah tertangkap, pencuri mengaku hampir setahun tidak bekerja sementara kebutuhan hidup memaksa.

Setiap pagi ketika berangkat kerja, sering tampak ramai pencari kerja di sekitaran CC (Community Center). Mereka duduk berkelompok dengan harapan ada lowongan kerja yang lazim ditempel di madding (majalah dinding).

“Kapan ada lowongannya, kita gak tau pasti.” ujar Anggrayeni. “Dari pada di rumah, mendingan di sini. Siapa tau nanti ada lowongan.”

Well, pengangguran di Batam sangat banyak. Sulitnya mencari kerja bahkan ada yang membuat sebagian orang “penting” menggunakan kesempatan dengan harus membayarnya ketika sudah bekerja. Bahkan ada yang membuat perjanjian harus bayar tiap bulan sebesar Rp. 300,000 sampai habis kontrak. Cerita yang saya dengar begitu. Miris.

“Bayar juga gak papa, Mbak?” Suara penjual pisang coklat terdengar pelan dengan wajah penuh harap.“Sejuta cukup?”

Saya melongo.


Mega Wisata Ocarina

Tempat rekreasi ini wajib dikunjungi. Terletak di Pasir Putih Batam Centre, di dalam kompleks Coastarina. Sekitar 1km dari pelabuhan Batam Center dan Mega Mall.
 
Diresmikan tahun 2009 oleh Presiden RI yang ke-enam yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan peresmian Batam, Bintan & Karimun (BBK) sebagai daerah Free Trade Zone (FTZ

Tempat konser yang menghadap ke laut membuat beda dari kebanyakan yang hanya di lapangan terbuka. Cocok untuk keluarga karena dilengkapi taman bermain anak (Playground), food court dan aktivitas air yang gak kalah seru.

Sepoi-sepoi angin laut beriring deburan ombak ini ….

Ingin sekali rasanya main jet ski.


Kalo Banana Boat kan dah pernah, tapi jet ski belum. Ajak saya main jet ski merah ini-lah, Woy.


Dari cerita-cerita yang beredar, Ocarina itu artinya angsa kecil. Itulah sebabnya, dibelakang saya terdapat angsa-angsa putih yang menjadi simbol.

Tapi belum ketemu, emang Ocarina berasal dari bahasa apa ya?


Ayo, coba sensasi Giant Wheel dengan ketinggian 25 meter dari permukaan laut. Lihatlah pemandangan dari sebagian kota Batam. Indah!

Gila yang Menyenangkan; Mandi Busa di Ocarina

Ocarina seluas 40 H, terletak di tepian Teluk Kering, komplek perumahan mewah Costarina.

Singkat cerita, sampailah saya di sini.


Musik yang terdengar langsung membuat saya ingin berseru-seruan bareng pengunjung lain. Berlompat, tertawa, berteriak gembira mengikuti alunan.

Ada ribuan warga Batam di sini. Rame! Kita yang tidak saling kenal pun merasa dekat. Saling lempar tawa yang kemudian dibalas tawa. Bersuka cita sama-sama. Foam Party ini benar-benar meriah. Tak perlu malu untuk berekspresi.

Saya, yang pada dasarnya pemalu (*pemalu dari mana?) pun tak mau kalah. Mandi yang biasa dilakukan hanya untuk membersihkan diri, kali ini dilakukan atas nama “bersenang-senang”.


Percaya gak? Setelah mandi busa, pikiran saya kembali rileks. Mood jadi baik. Saya sangat bersemangat. Yeaah!!!

Tapi pakaian saya sudah basah. Sebelum menggigil, saya harus mengakhiri kegilaan yang menyenangkan ini. Cekrek!

*Mandi susunya kapan?


Dengan merogoh kocek Rp. 23,000 (Rp. 20,000 tiket masuk dan Rp. 3000 parkir motor), saya bisa merasakan serunya mandi busa di sini.

Yuk, saksikan videonya. Cekidot.




Tetep seru loh, Guys. Yuk, saksikan videonya.


Menyegarkan diri di Bengkong Laut

Siapa yang gak tau Bengkong Laut? Warga Batam kerap menghabiskan waktu sorenya di sini. Apalagi saat weekend.

Setelah mengenang sejarah, saatnya memacu adrenalin. Masih di kawasan yang sama, saya mencoba Flying Fox dengan harga tiket Rp. 30,000.

Yyeeaaayy …!!!


Di pos tiket sih, tertulis Rp. 60,000. Mungkin termasuk kesalahan besar bagi penjual tiket untuk mengajak bicara calon pembeli seperti saya. Karena bisa … kasihan. Mungkin.

“Buat Mbak, saya kasih diskon 50% deh.”

Saya heran. Apa wajah ini begitu terlihat susah ya? Bisa-bisanya saya diberi diskon. Tapi seneng sih.

“Wah, terima kasih ya.” Saya memberi senyum termanis untuknya.



Saya masuk ke toko batik untuk lihat-lihat motif yang tersedia.


Tuh kan, cuma lihat-lihat aja. Soalnya takut, ntar tokonya bangkrut kalo mesti kasih diskon 50% buat saya.


Terbang cantik selesai. Lihat fashion selesai. Kini saya memasuki miniatur rumah adat propinsi yang ada di Indonesia.


Ada yang tau, di belakang saya rumah adat dari mana?


Masih ada tempat yang belum saya kunjungi di sini. Karena hari sudah sore, sesuai rencana saya harus keluar dari sini menuju Mega Wisata Ocarina. Saya gak ingin melewatkan mandi busa di sana. Simak terus ya.

Mengenang sejarah di Mesjid Muhammad Cheng Ho

Konon, hubungan Indonesia dan Tiongkok sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Terbukti ketika pria muslim keturunan tionghoa bernama Cheng Ho melakukan pelayaran di negeri ini sekitar tahun 1416M. Selain untuk berdagang, ia juga menciptakan pembauran yang melahirkan perdamaian, persahabatan dan persilangan budaya.

Saya ingin melihat langsung mesjid Cheng Ho yang berada di kawasan Golden City, Bengkong Laut. Tepat di balik Restoran Seafood Golden Prawn, paling ujung sendiri dari bangunan ruko-ruko yang ada.

Selain di Batam, mesjid yang dibangun untuk mengenang sang laksama itu pun telah ada di Surabaya, Palembang, Pasuruan dan Selaganggang.



Ketika tiba di sana, waktu dzuhur hampir tiba. Pengeras suara memperdengarkan lantunan kalamullah. Rasanya bersyukur masih bisa menikmati suasana seperti ini. Semoga loudspeaker tidak jadi dilarang oleh pemerintah. Semoga saja.

Terdapat tiga buah bingkai tulisan, terletak di dinding yang menghadap pintu masuk wanita. Tulisan berpigura itu berisi tujuan pembangunan mesjid, sejarah dan semacam keterangan berbahasa Indonesia dan inggris.

Yuk kita sholat.

Oh ya, beduk yang menggantung di atas teras kiri mesjid (lih. gambar di bawah) terbuat dari kayu jati. Kulitnya berasal dari kulit kambing yang dipesan dari Padang.



Kesan pertama saya, saat menggunakan mukena di masjid ini sungguh memuaskan. Bersih. Sholat jadi tenang, nyaman dan khusyu’. Saya harap, pelayanan yang menyenangkan ini terus ada.

Saya ingin mengutip hadist :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ - رواه مسلم

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mu'min di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya. Dan barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya bersama-sama, kecuali ketentraman akan turun kepada mereka, rahmat akan memenuhi mereka, malaikat menaungi mereka, dan Allah memuji mereka di hadapan makhkluk yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang terlambat amalnya, maka nasabnya tidak akan mempercepat (nasibnya)” (HR. Muslim)



Menurut cerita, Cheng Ho kecil adalah anak yang pintar, tampan dan rajin beribadah. Sampai akhirnya tumbuh menjadi laksamana laut yang tangguh.

Salah satu daerah Sumatera yang dilewatinya pada saat pelayaran adalah Palembang. Hal ini menyadarkan saya, mengapa orang yang berasal dari sana mirip keturunan Tionghoa dengan kulit putih, bermata sipit namun menganut agama islam.

Ini nih, tiga buah bingkai tulisan yang terpajang di dinding. Maaf jika ada yang salah. ^_^


1. Tujuan pembangunan mesjid
    The purpose of this mosque
- Memfasilitasi tempat beribadah untuk semua umat islam, khususnya masyarakat Bengkong.
- To Facilitite a praying place for all muslim, especially for the peoples who reside in Bengkong.

- Menjadikan Batam sebagai kota yang dapat dikenal bagi seluruh masyarakat Indonesia dan Manca Negara.
- To make Batam island better known by tourist from all part of Indonesia and abroad.

- Menjadikan Bengkong berkesan bagi semua pengunjung.
- To make Bengkong to be impression to all visitor.



2. Sejarah mesjid Muhammad Chengho
    The history Muhammad Cheng Ho Mosque

Cheng Ho adalah seorang laksamana laut yang datang dari negeri Tiongkok. Ia dipercaya memimpin ekspedisi pelayaran dengan membawa lebih kurang 27,000 anak buah untuk berlayar menuju Indonesia. Sebanyak 7 kali dalam kurun waktu di tahun 1416. Kedatangan Laksamana Cheng Ho disambut baik oleh para raja dan penduduk Indonesia saat itu. Tercatat, ia pernah singgah di Aceh, Palembang dan beberapa tempat di pulau Jawa.

Terdapat beberapa masjid Cheng Ho di Indonesia. Seperti di Palembang, Surabaya dan Semarang.
Laksamana Cheng Ho adalah seorang muslim tulen. Putra dari Haji Ma Ha Zhi dan ibunya berasal dari marga Oen (Wen) Tiongkok.

Ia telah banyak melakukan kegiatan agama islam di negerinya sendiri sebelum berpetualang. Sebagai muslim dan laksamana laut yang kuat, kedatangannya ke Indonesia sekaligus melakukan misi pengembangan agama islam.

Laksamana Cheng Ho adalah diberi kepercayaaan oleh kaisar cina Yongle yang berkuasa pada tahun 1403-1424.

Berdirinya masjid Muhammad Cheng Ho Batam ini untuk mengenang sejarah perjalanan seorang laksamana Tiongkok beserta anak buahnya ke Indonesia, serta ajaran-ajaran agama islam yang dibawanya pada waktu itu.

Masjid ini murni diprakarsai dan dibiayai sendiri oleh seorang pengusaha diBatam.

*English version-nya gak diketik. Khawatir, jari keriting.



Bingkai ke-tiga. Maaf jika ada yang salah. kiki emoticon
3. Pemberitahuan
    Notice

- Mohon kepada seluruh pengunjung masjid ini untuk sama-sama menjaga kebersihan.
- Jika butuh keterangan berkenaan dengan masjid ini, dapat bertanya kepada penjaga yang ada.
- Terima kasih kepada seluruh yang telah berinfak kepada masjid ini.
- Semoga Allah senantiasa memberkahi Anda.







NB : Papan nama masjid ini adalah pemberian dari kedutaan besar Tiongkok yang ada di Surabaya. Modelnya pun meniru mesjid dengan nama serupa yang berlokasi di Jalan Gading nomor 2, Kecamatan Genteng, Surabaya.