Jumlah Pengunjung

Festival Pulau Penyengat (FPP) 2016

Sahabat itu, salah satunya sebagai tempat untuk mencurahkan segala. Tentang impian, pendapat, keluh kesah, mengadu, janjian nonton bareng, ke salon, belanja dan lainnya.

Ssssttt … termasuk bercerita mengenai kabar yang tak baik, seperti yang sedang hangat sekarang; ELGEBETE-nya Indra Bekti sampai kasus Saipul Jamil. Ini termasuk ghibah gak sih? *Kayaknya … ah, entahlah.

Bersama sahabat; Kak Nita, saya mengunjungi acara festival pulau penyengat 2016.

Penyengat merupakan mas kawin yang diberi Sultan Mahmudsyah III kepada Tengku Hamidah. Kebayang kan kayanya sang raja di masa kerajaan Melayu Riau – Lingga itu.

Saya aja, cukup disayangi, dimengerti, dihargai, rasanya udah bahagia banget. Gak mesti menghadiahi sebuah pulau. Gampang banget kan nge-bahagiain saya.  *promotion mode on.
Festival Pulau Penyengat

Sepulang kerja, kami segera ke pelabuhanTelaga Punggur Batam. Menggunakan kapal Ferry Marina menuju pelabuhan Sri Bintan Pura di Tanjung Pinang, dengan harga tiket Rp. 54,000 + biaya retribusi Rp 5,000.

Bulan ini, Batam lagi musim hujan. Dari malam, pagi, saya menantikan berhentinya tangisan langit. Menjelang tengah hari, hujan reda. Meski tidak benar-benar berhenti.

Maklum. Kami mengendarai sepeda motor dan saya hanya punya satu mantel. Setidaknya, pakaian kami tidak terlalu basah ketika gerimis kecil di tengah perjalanan ke pelabuhan.
Menikmati laut dari atas kapal.
Menikmati laut dari atas kapal.

Makan waktu satu jam untuk melintasi laut Batam ke Tanjung Pinang. Setibanya, kami di sambut lagu Cinta Gunawan. Tau liriknya gak?

Ah, jadi nostalgia.
*Karena saya perempuan, maka kata perawan saya ganti jadi jejaka


Engkaukah jejaka itu
Mengipaskan angin cinta
Menafsir duka lara
Dari kerut wajahku
Dari senyuman pahitku

Engkaukah jejaka itu
Yang datang dalam mimpiku
Menyembuh luka lama
Dengan suara syahdu
Meninggalkan rasa rindu

Engkaulah kasih
Penyuluh jalanku
Dari kegelapan cinta semalam

Engkaulah sayang
Bahtera hidupku
Yang menyelamatkanku dari hanyut
Cinta semalam

Bertemu kita akhirnya …

Dengan satu kesamaan
Peristiwa silam sama dipadam
Hari ini pastikan kan subur semula
Pohon cinta kita

Berdaun dan berbunga
Indah dan harumnya di mana-mana
Kekal sejahtera di taman nirwana
Megah mencapai bulan

Sebuah cinta gunawan…
Sebuah cinta gunawan…

Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang


Kami harus keluar pelabuhan untuk ke dermaga pulau Penyengat. Deket banget kok, jalan kaki kira-kira 5 menit.
Keluar pelabuhan

Dermaga pulau Penyengat.


Dari dermaga inilah, kami menuju pulau Penyengat menaiki Pompong (Kapal kecil). Tarifnya Rp. 7,500 per orang dan hanya akan diangkut jika sudah ada 15 penumpang.

Lihat Pompong di belakang saya kan?

Dermaga pulau Penyengat.

Goyang-goyang selama 15 menit karena permainan ombak manja di atas pompong.

Laut menuju pulau Penyengat

Selamat datang di pulau Penyengat. Kami pun keluar pelantar dan mendapati objek pertama; Masjid Raya Sultan.

Masjid Raya Sultan.


Dari namanya, “Penyengat” yang terlintas di kepala saya adalah tawon. Kenapa diberi nama Penyengat ya? *Thinking.

Kembali saya melihat warisan sejarah. Ah ternyata gak semua masa lalu itu harus dilupakan, seperti cerita-cerita tentang saya dan kamu yang dulu sempurna, namun berakhir.

Cinta kita juga cerita perjuangan. Sampai suatu ketika, kita tak lagi sama. Saya bertanya-tanya, bagaimana caranya membuatmu melihat apa yang saya lihat? Bagaimana caranya membuat hati ini mengerti apa yang kamu pikir? Sementara ego kita sama tinggi. Saya dan kamu masih terlalu muda untuk mengenal apa itu cinta. Akhirnya, saya harus merelakan. Melepas dan mencoba melupakan; jika tidak ingin terus menerus meratap.

Andai kamu tau bahwa mengagumimu tak perlu waktu, namun butuh lama untuk saya sadar bahwa satu-satunya jalan adalah membiarkan dirimu mencari bahagiamu sendiri. *Hiks, malah mellow.

Tak semua sejarah harus dilupakan … seperti sejarah pulau penyengat ini.

Objek-objek yang ada di Penyengat :
1. Benteng Tanjung Nibung
2. Balai Adat
3. Benteng Bukit Kursi
4. Makam Raja Abdurrahman
5. Gedung Misiu
6. Sumur Putri
7. Masjid Raya Sultan Riau
8. Istana Kantor
9. Gedung Tengku Bilik
10. Makam Raja Ja’far
11. Bekas Istana Keraton
12. Gedung Tabib
13. Makam Raja Hamidah
14. Bekas Percetakan Rusydiyah Club
15. Bekas Rumah Hakim
16. Makam Raja Haji Fisabilillah
17. Benteng Bukit Pengawas



Mengitari pulau Penyengat

Yuk, kita lihat istana kantornya.
Istana Kantor
 
Jalan kaki menuju objek-objek sejarah di Penyengat.

Pelantar di depan gedung Balai Adat.

Tak peduli, siapa yang bersanding dengan saya nanti. Saya harap, kebahagian kembali sempurna dan tanpa kata akhir. Selama napas berhembus, jantung berdetak, meski sulit untuk hati membuka diri sesulit menutupnya untukmu. Kehidupan selalu punya kesempatan bagi yang menginginkannya, kan? Akan ada masa, di mana seseorang datang dan tak sekedar singgah sepertimu.

Saya percaya.

Kadar yang sama seperti percayanya saya pada hatimu, dulu. Saya; perempuan yang percaya kamu lelaki baik.

Saya sempat bertanya, “Apa pendapatmu tentang saya?”

Kamu bilang, “Manja, cerewet tapi baik, ….”

Nyatanya, dua orang baik belum tentu berjodoh. -_-

Sendiri mengenang sejarah di Balai Adat Melayu Indera Perkasa. #Gagal focus. Harusnya kan sejarah kerajaan yang dikenang. Ini malah ….

Balai Adat Melayu Indera Perkasa

Di Balai Adat Melayu.

Banyak pedagang di sisi jalan objek sejarah di Penyengat.


Pada suatu detik, saya ingin naik apa pun untuk bisa secepatnya sampai pada takdir yang mempertemukan kita. Sebenar-benarnya jodoh. Tapi, mungkin saya belum siap. Membayangkan jika kita dipertemukan di pertengahan jalan saja membuatku ….

^_^ Entah bagaimana menggambarkan bahagia itu.

Becak hias di penyengat.

Perigi Putri adalah tempat mandi dan mencuci pakaian para putri raja.

Putra rajanya mana? #Kornea menyapu setiap sudut.

Perigi Putri

Di acara ini, banyak perlombaan yang dapat dilihat.
1. 20 Pebruari, lomba Baca Gurindam XII
2. 20 - 21 Pebruari, lomba Perahu Jong
3. 20 - 21 Pebruari, lomba Sampan Layar
4. 21 - 23 Pebruari, lomba Kuliner Melayu
5. 21 Pebruari, lomba Nambat Itik
6. 21 Pebruari, lomba Pukul Bantal
7. 21 Pebruari, lomba Renang
8. 21 Pebruari, lomba Tradisional Gasing
9. 22 Pebruari, lomba Cerdas Pantun
10. 22 Pebruari, lomba Melukis
11. 22 Pebruari, lomba Sampan Dayung
12. 22 Pebruari, lomba Fashion Show
13. 23 Pebruari, lomba Layang-layang
14. 23 Pebruari, lomba Pompong Hias
15. 23 Pebruari, lomba Becak Hias
16. 23 Pebruari, lomba Pidato wisata
17. 23 Pebruari, lomba Puisi
18. 23 Pebruari, lomba Penyajian Sejarah
19. 24 Pebruari, lomba Fotografi

Lomba Perahu Jong, di Kampung Bulang, Penyengat.

Menjelang malam, saya dan sahabat meninggalkan Penyengat untuk kembali ke Tanjung Pinang. Kami mencari hotel yang sesuai kantong, juga tak jauh dari pelabuhan.

“Pak, apa di sekitaran sini ada penginapan murah? Harga di bawah Rp. 100,000?” Tanpa malu-malu saya bertanya pada tukang ojek.

“Itu,” Ia menunjuk sebuah hotel yang luput dari penglihatan. Letaknya di antara ruko-ruko di depan kami. “harganya Rp. 80,000 per malam.”

Setelah mengucapkan terima kasih, kami berjalan. Melangkah pelan menuju lorong pendek, tempat penginapan yang dimaksud.

Hotel Wisata. Harga per kamarnya mulai dari Rp. 50, 000,-, Rp. 80,000 (Economy),-, Rp. 100,000 (Standard) dan Rp. 120,000 (deluxe).

Hotel Wisata, Tanjung Pinang

Kami putuskan untuk tidur cepat. Tapi sebelumnya, kami harus mengisi perut terlebih dahulu. Acara jalan kaki dan pencarian tempat makan berhenti ketika melihat kumpulan pedagang kecil di pinggir jalan.

Tempat makan di tepi laut, Tanjung Pinang.

Keesokan harinya, langit masih mendung. Meski begitu, kami tak ingin melewatkan kesempatan untuk pergi ke pantai terindah se-Kepulauan Riau. Pantai Trikora, Bintan. Cerita selengkapnya ada di sini.

Melalui petugas hotel, kami menyewa motor seharga Rp. 80,000 per 24 jam. Andai jalanan Batam tidak macet kayak gini ya.

Penguasa …. Penguasa.
Dengar jeritan hati rakyatmu ini!

Jalan raya beraspal, luas dan tidak macet

Setelah itu, kami kembali ke hotel di Tanjung Pinang, untuk mengembalikan sepeda motor. Sebelum balik ke Batam, kami juga menyempatkan lagi ke Penyengat. Seakan mengucapkan “salam perpisahan terhadap kenangan”. Eh, gak ya. Sejarah itu perlu untuk pembelajaran. Nilai-nilai kebaikan aja sih, jadi, gak perlu juga tempat mandi para putri raja masih dipelihara, menurut saya. Buat apa?*Thinking.

Saya gak ngerti, emang penting ya?

Setelah puas mengitari jalanan, objek-objek sejarah dan perlombaan yang ada, kami balik ke Batam.

Masih banyak tempat cantik di Tanjung Pinang yang belum saya datangi. Saya harus ke sini lagi. Harus. Semoga diberi kesempatan oleh-Nya.

Sekitar dua jam sesampainya saya di Batam, saya mendengar kabar duka. Bahwa sore tadi Trikora mengambil korban. Bukan cuma satu, tapi sekeluarga. Turut berduka cita atas meninggalnya Choky Iskandar (suami), Nurhayati (istri) dan anak bungsunya. Semoga diberi sebaik-baiknya tempat di sisi Allah. Aamiin.

Laut di Kepri sekarang ini sedang ganas-ganasnya. Tuhan, jangan ambil nyawa hamba kecuali dalam husnul khatimah. Aamiin.

Dan terakhir pesan saya : Perempuan, kalian tetep cantik kok walau tanpa cukur alis. Sekian.

لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالنَّامِصَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ

“Allah melaknat orang yang mentato dan yang minta ditato. Allah pula melaknat orang yang mencabut rambut wajah dan yang meminta dicabut.” (HR. Muslim no. 2125)

Tiba-tiba notifikasi di grup whatsapp sahabat menyala.

Rini : Emang, Saiful Jamil ngaku?

Nita : Sekarang beritanya lagi hot.

Nina : Aneh-aneh aja.

Begitulah hidup, Temans.

End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentarnya ^_^.