Jumlah Pengunjung

Ini ngaji, Kisanak! Bukan nangis!

Adakah diantara kalian yang ketika mengaji, wajahnya sejelek aku? Yang ketika berangkat ke kantor, ekspresinya sejutek aku? Padahal kan pengennya aku terlihat bagus di segala keadaan. Tapi … ya, sudahlah. Tuhan menganugerahi suara cengeng begini, harus diterima.

Terima kasih, Tuhan.

Qiro’ah ini diajarkan oleh guru ngaji sewaktu sekolah dulu, Almarhum Ust. Hasan Basri, semoga Allah melapangkan tempatnya. Aamiin.

Mengaji itu wajib bisa. Tapi seperti halnya menyanyi gak semua orang bisa, gak semua orang suka, gak semua orang memiliki suara tinggi. Itulah sebabnya kelas qira’ah ini hanya diperuntukkan bagi siapa pun yang ingin, mereka yang kebanyakan sudah dikenal biasa membaca alqur’an untuk pembukaan acara-acara islam.

Dan aku ?

Si pemalas bersuara rendah. Sesekali aku masuk kelas, duduk di sudut dan mendengarkan ustadz yang sabar mengulang-ulang nada. Aku berharap remangnya ruangan membuatku gak terlihat. Atau minimal, ustadz gak kenal apalagi menyuruhku mencoba irama yang diajarkannya. Aku terlalu malu bila dibandingkan peserta lain.

Aku ketakutan dengan pikiran sendiri ….

Adakalanya, ketika ustadz batuk, flu dan sakit yang memengaruhi suaranya, ia masih mengajar. Harusnya aku terlalu malu dengan kegigihan yang ia miliki tapi gak juga membuatku bersungguh-sungguh belajar.

Sekarang, dengan ingatan yang tertinggal dan aku bersyukur untuk itu, kumainkan alunannya. Aku tau, penggalan bacaan ini belum selesai. Adakah yang bisa menyambungkan sesuai lagu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentarnya ^_^.